Saturday, December 3, 2011

laporan Fistum (penetapan potensial air jaringan tumbuhan)



LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
Nama  : Syarifa Mustika                                Tanggal Praktikum     : 14 Maret 2011
NRP    : A24090123                                       Bahan tanaman           : Umbi kentang
Mayor : Agronomi & Hortikultura                Asisten                        : 1.Henny W (G34070044)
Kelompok: 5                                                                                       2.Nisfulaila YK (G34070085)
PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN
TUJUAN
            Mengukur nilai potensial air jaringan umbi kentang

PENDAHULUAN
            Potensial air merupakan ukuran dari energi bebas air yang dipengaruhi oleh zat terlarut, tekanan dan partikel matriks. Kontribusi dari potensial air oleh solute terlarut disebut dengan potensial osmotik, yang selalu bernilai negatif. Di lain pihak, zat terlarut menurunkan potensial air. Potensial tekanan air dapat bernilai positif, negatif, bahkan nol. Tetapi secara umum nilai potensial tekanan ini bernilai positif, karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan turgor. Terkait dengan kemampuan air untuk berasosiasi dengan partikel koloid, maka munculah istilah potensial matriks. Potensial matriks bernilai cukup kecil, sehingga seringkali diabaikan. Namun, potensial matrik sangatlah penting ketika membahas mengenai hubungannya dengan air tanah (http://employees.csbsju.edu).
            Potensial osmotik atau potensial linarut yaitu efek zat terlarut pada potensial air. Linarut menurunkan energi-bebas air dengan cara melarut dalam air. Ini merupakan efek entropi, artinya pencampuran linarut dengan air meningkatkan kekacauan dalam sistem akibatnya menurunkan energi-bebas. Jadi, potensial osmotik tidak ditentukan oleh sifat khas linarut, potensial osmotik bernilai negatif atau kurang dari nol (Miftahuddin dkk, 2010).

HASIL PENGAMATAN
1.Data berat jaringan kentang selama percobaan
Larutan sukrosa
Berat sebelum direndam
Berat setelah direndam
Penambahan berat (gr)
Perubahan berat (%)
s (bar)
Air destilata
2
2
0
0
-
0,05
2,5
2,5
0
0
-1,2465                            
0,10
2
2
0
0
-2,493
0,15
2,5
2,5
0
0
-3,7395
0,20
2,5
2
-0,5
-20
-4,986
0,25
3
2
-1
-33,33
-6,2325
0,30
2,5
2
-0,5
-20
-7,479
0,35
2,5
2
-0,5
-20
-8,7255
0,40
2,5
1
-1,5
-60
-9,972
0,45
1,5
1
-0,5
-33,33
-11,2185
0,50
3
2
-1
-33,33
-12,465
0,60
2,5
1,5
-1
-40
-14,958

2.Grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa (x) dan perubahan berat jaringan umbi kentang (y)


3.Perhitungan potensial air di jaringan umbi kentang
            - S1 = M i R T                                                          Ket :                           
                        = 0,05 x 1 x 0,0831 x 300 = -1,2465             M= molaritas dari larutan sukrosa
                                                                                                i = konstanta ionisasi; untuk sukrosa=1 
                                                                                                R= konstanta gas (0,0831 bar/derajat mol)
                                                                                                T=suhu absolut (=°c+273)
M1 / S1  = M2 / S2
0,05 /(- 1,2465) = 0,10 / S2                                                
0,05 x S2  = (-1,2465) x 0,10
            S2 = -2,493

PEMBAHASAN
            Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengamatan tentang penetapan potensial air jaringan tumbuhan dengan metode volume jaringan. Metode ini menggunakan bahan tanaman umbi kentang dimulai dari mengebor umbi kentang sebanyak 12 kali dengan masing-masing panjangnya 2 cm dan dipotong menjadi 10 bagian lalu direndam kedalam air destilata dan sukrosa dengan beberapa konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0.05,0.10,0.15,0.20,0.25,0.30,0.35,0.40,0.45,0.50,0.60. Fungsi larutan sukrosa yang berbeda konsentrasinya pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap potensial jaringan tumbuhan yang merupakan penyebab terjadinya osmosis. Dan fungsi kita menggunakan larutan sukrosa bukan larutan yang lain pada percobaan ini karena sukrosa merupakan larutan non elektrolit yang memiliki bobot molekul besar, sehingga akan sulit untuk diabsorbsi oleh membran sel.
            Hasil yang diperoleh dari percobaan ini bahwa larutan dengan konsentrasi 0.20 ,0.25, 0.30, 0.35, 0.40, 0.45, 0.50, 0.60 memiliki nilai penembahan berat yang bernilai negatif yaitu berat umbi kentang sebelum direndam dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi di atas lebih berat dari pada umbi kentang yang  telah di rendam dengan larutan tersebut karena ada penyusutan berat jaringan, air keluar dari sel menuju larutan sukrosa, sehingga keadaan ini dinamakan larutan hipertonis dengan solute yang lebih tinggi. Pada larutan dengan konsentrasi 0.05,0.10,0.15 memiliki nilai penambahan berat, karena berat umbi kentang sebelum dan setelah perendaman sama saja, dimana tidak ada pemindahan zat dari jaringan sel ke larutan sukrosa, sehingga keadaan ini dinamakan juga dengan larutan isotonik. semakin konsentrasi, berat umbi kentang setelah perendaman semakin kecil  karena adanya transfer air dari jaringan sel ke larutan sukrosa. Jika potensial osmosis di luar sel lebih besar dari pada di dalam sel, maka air akan berdifusi ke dalam sel, sehingga larutan menjadi hipotonis (praktikum ini tidak konsentrasi larutan yang mengalami hipotonis). Dan jika potensial osmosis diluar sel lebih kecil dari pada didalam sel, maka air akan berdifusi keluar dan sel akan mengalami plasmolisis, kondisi ini disebut hipertonis (pada praktikum ini terjadi pada konsentrasi  0.20 ,0.25, 0.30, 0.35, 0.40, 0.45, 0.50, 0.60) dan jika potensial air didalam dan diluar sel sama, maka tidak ada pergerakan air maka larutan ini mengalami isotonis (pada praktikum ini terjadi pada larutan dengan konsentrasi 0.05,0.10,0.15). pada praktikum ini tidak semua data sesuai dengan teori, banyak kesalahan dari hasil pengamatan karena ada ketidaktelitian praktikan pada saat proses penimbangan dan juga ada larutan yang terkontaminasi dengan larutan lain.

KESIMPULAN
            Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi rendah tidak ada perubahan berat dan pada konsentrasi tinggi terjadi perubahan berat yang bernilai negatif, sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi konsentrasi maka berat umbi kentang setelah perendaman akan semakin kecil, tapi ada juga data yang tidak sesuai dengan teori. Larutan isotonis pada praktikum ini terjadi pada konsentrasi 0.05,0.10,0.15.

DAFTAR PUSTAKA
[Anonim] 2010. An Investigation to Find the Water Potential of Plant Tissue. [Terhubung Berkala]. http://employees.csbsju.edu/ssaupe/biol327/Lab/water/water-lab-intro.htm  (28 Maret 2010)
Miftahuddin, dkk.2010.Fisiologi Tumbuhan Dasar.Bogor; Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Potensial air dari jaringan umbi kentang : -Ѱs = M i R T
2. Karena sukrosa merupakan larutan non elektrolit yang memiliki bobot molekul besar, sehingga akan sulit untuk diabsorbsi oleh membrane sel. Jika menggunakan NaCl maupun KCl, keduanya merupaka larutan elektrolit yang memiliki derajat disosiasi, sehingga akan  menjadi ion di dalam larutan. Adanya ion ini menyebabkan permeabilitas membran cenderung  meningkat untuk melalukan air.
3. Air destilata digunakan sebagai kontrol atau pembanding dengan larutan sukrosa. Berdasarkan pengamatan dari air destilata dapat diketahui bahwa potensial air dalam sel sendiri bernilai negative, karena air murni yang berpotensial nol tersebut, masuk ke dalam sel dan menyebabkan pertambahan bobot sel kentang.
4. Nilai potensial matriks mengindikasikan besar afinitas absorbs air terhadap senyawa koloid dan permukaan dalam sel tumbuhan. Nilai potensial matriks untuk biji yang kering/tu,buhan xerofit tidak dapat diabaikan karena memiliki nilai yang besar. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya peningkatan gradient potensial, sehingga terjadi difusi molekul air untuk menurunkan gradient potensial air dalam rangka mencapai kesetimbangan.
5. – Pada pemupukan dan pemberian pestisida, konsentrasi pupuk/pestisida harus lebih kecil daripada konsentrasi larutan tanaman. Jika konsentrasi tersebut lebih tinggi, maka tanaman akan layu karena kehilangan air (air berosmosis keluar dari dalam sel).
- Irigasi dan drainase
- Keadaan kering, banjir, dan salinitas yang tinggi pada tanah
6. a. Metode perendaman : Berdasarkan pada adanya perubahan densitas dari larutan penguji
b. Metode volume : Berdasarkan perubahan dimensi linear (panjang) dari suatu jaringan dalam berbagai larutan dengan potensial osmoti yang berbeda.
c. Metode imersi uap : Sample jaringan dalam uap air bertekanan tertentu. Sample yang tidak mengalami perubahan berat, potensial airnya sama dengan potensial larutan.
d. Metode Ekhilibrasi uap : Pengukuran terhadap tekanan uap air yang berbeda dalam kesetimbangan dengan air yang terdapat dalam sample jaringan yang ditempatkan dalam ruangan kecil tertutup.











0 comments:

Post a Comment